TEORI BELAJAR
1. Teori
Bandura
Dalam proses pembelajaran menurut
teori sosial Albert Bandura, seorang guru harus dapat menghadirkan model yang
baik. Model yang baik harus dapat mempunyai pengaruh yang kuat terhadap
pembelajar sehingga dapat memberi perhatian kepada si pembelajar. Model disini
tidak harus dari guru, namun tergantung apa yang akan diajarkan. Teori sosial belajar
ini cocok untuk mengajarkan materi yang berupa aspek psikomotorik dan
afektif, karena pembelajar langsung dapat memperhatikan, mengingat
dan meniru dari model yang dihadirkan.
Namun dalam belajar matematika
yang diajarkan adalah berupa konsep sehingga guru harus dapat menghadirkan
model yang menarik perhatian dan dapat mudah diingat oleh si pembelajar.
Penulis berusaha memberi suatu contoh dalam pembelajarn matematika. Misalnya
seorang guru akan mengajarkan bagaimana menemukan volume dari balok. Disini
dihadirkan/disediakan balok dan kubus yang berukuran 1 satuan kubik sebagai
model. Dengan dipraktekkan oleh guru dan ditirukan oleh siswa guru memperagakan
bagaimana menentukan volume balok kemudian menentukan rumus volume balok.
Dengan demikian diharapkan siswa dapat memperhatikan model dan menirukan
bagaimana menentukan rumus volume balok, dan pembelajar harus mengingatnya.
Selanjutnya pembelajar dituntut untuk dapat mampu meniru pemodelan tersebut.
Beberapa proses ini akan lebih berhasil jika ada motivasi yang kuat dari
pembelajar untuk mempelajarinya.
2. Teori
Pavlov
Saat pembelajaran matematika berlangsung,
ketika guru memberikan hadiah kepada siswa (unconditioning stimulus), siswa
secara otomatis akan senang/ bersemangat(unconditioning respons) . Ketika guru
memberikan tugas matematika kepada siswa, sebagian besar siswa kurang
bersemangat.
Akan tetapi, saat itu guru menjanjikan akan
member hadiah (Unconditioning Stimulus)kepada siswa yang berhasil mengerjakan
matematika dengan baik (Conditioning Stimulus), sehingga siswa bersemangat
mengerjakan tugas tersebut (Unconditioning Respon). Setelah lama
mengajar, guru itu tidak lagi memberikan hadiah kepada siswa yang berhasil
mengerjakan matematika dengan baik, akan tetapi, siswa tetap bersemangat (Conditioning
respons) mengerjakan dengan harapan akan mendapat hadiah. Jika guru tidak lagi
memberi hadiah, lama-kelamaan siswa tidak lagi bersemangat mengerjakan
matematika.
3. Teori
Skinner
Beberapa aplikasi teori
belajar Skinner dalam pembelajaran adalah sebagai berikut:
Ø Bahan
yang dipelajari dianalisis sampai pada unit-unit secara organis.
Ø Hasil
berlajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah dibetulkan dan
jika benar diperkuat.
Ø Proses
belajar harus mengikuti irama dari yang belajar.
Ø Materi
pelajaran digunakan sistem modul.
Ø Tes
lebih ditekankan untuk kepentingan diagnostic.
Ø Dalam
proses pembelajaran lebih dipentingkan aktivitas sendiri.
Ø Dalam
proses pembelajaran tidak dikenakan hukuman.
Ø Dalam
pendidikan mengutamakan mengubah lingkungan untuk mengindari pelanggaran agar
tidak menghukum.
Ø Tingkah
laku yang diinginkan pendidik diberi hadiah.
Ø Hadiah
diberikan kadang-kadang (jika perlu)
Ø Tingkah
laku yang diinginkan, dianalisis kecil-kecil, semakin meningkat mencapai
tujuan.
Ø Dalam
pembelajaran sebaiknya digunakan shaping.
Ø Mementingkan
kebutuhan yang akan menimbulkan tingkah laku operan.
Ø Dalam
belajar mengajar menggunakan teaching machine.
Ø Melaksanakan
mastery learning yaitu mempelajari bahan secara tuntas menurut waktunya
masing-masing karena tiap anak berbeda-beda iramanya. Sehingga naik atau tamat
sekolah dalam waktu yang berbeda-beda. Tugas guru berat, administrasi kompleks.
4. Teori
Thorndike
Aplikasi teori Thorndike sebagai salah satu
aliran psikologi tingkah laku dalam pembelajaran tergantung dari beberapa hal
seperti: tujuan pembelajaran, sifat materi pembelajaran, karakteristik siswa,
media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia. Setiap pembelajaran yang
berpegang pada teori belajar behavioristik telah terstruktur rapi, dan mengarah
pada bertambahnya pengetahuan pada siswa. Penerapan yang sebaiknya dilakukan
dalam pembelajaran adalah sebagai berikut:
a) Sebelum memulai proses belajar mengajar,
pendidik harus memastikan siswanya siap mengikuti pembelajaran tersebut. Jadi
setidaknya ada aktivitas yang dapat menarik perhatian siswa untuk mengikuti
kegiatan belajar mengajar.
b) Pembelajaran yang diberikan sebaiknya berupa
pembelajaran yang kontinu, hal ini dimaksudkan agar materi lampau dapat tetap
di ingat oleh siswa.
c) Dalam proses belajar, pendidik hendaknya menyampaikan
materi dengan cara yang menyenangkan, contoh dan soal latihan yang diberikan
tingkat kesulitannya bertahap, dari yang mudah sampai yang sulit. Hal ini agar
siswa mampu menyerap materi yang diberikan.
d) Pengulangan terhadap penyampaian materi dan latihan,
dapat membantu siswa mengingat materi terkait lebih lama.
e) Supaya peserta didik dapat mengikuti proses
pembelajaran, proses harus bertahap dari yang sederhana hingga yang kompleks.
f) Peserta didik yang telah belajar dengan baik
harus segera diberi hadiah, dan yang belum baik harus segera diperbaiki.
g) Dalam belajar, motivasi tidak begitu penting,
karena perilaku peserta didik terutama ditentukan oleh penghargaan eksternal
dan bukan oleh intrinsic motivation. Yang lebih penting dari ini ialah adanya
respon yang benar terhadap stimulus.
h)
Materi yang diberikan kepada peserta didik harus ada
manfaatnya untuk kehidupan anak kelak setelah dari sekolah.
Thorndike berpendapat, bahwa cara mengajar
yang baik bukanlah mengharapkan murid tahu bahwa apa yang telah di ajarkan,
tetapi guru harus tahu apa yang hendak diajarkan. Dengan ini guru harus tahu
materi apa yang harus diberikan, respon apa yang diharapkan dan kapan harus
memberi hadiah atau membetulkan respon yang salah.
Tujuan pendidikan harus masih dalam batas kemampuan
belajar peserta didik dan harus terbagi dalam unit-unit sedemikian rupa
sehingga guru dapat menerapkan menurut bermacam-macam situasi.
Contoh Penerapan Teori Behaviorisme
Topik
Pembelajaran : Fungsi Kuadrat
Kegiatan
Pembelajaran :
Sebelum memberikan pembelajaran guru menyiapkan bahan
pelajaran tujuannya agar target pencapaian dalam satu kompetensi dasar dapat
dipenuhi. Guru menggunakan metode ceramah, tanya jawab, mengerjakan. Dan dalam
kegiatan pembelajaran guru memberikan stimulus-stimulus dan siswa merespon
stimulus yang guru berikan. Misalnya, seorang guru menyampaikan materi fungsi
kuadrat, guru menjelaskan bahwa fungsi kuadrat jika digambarkan akan sesalu
membentuk parabola. Guru memberikan stimulus berupa contoh dari fungsi kuadrat
yaitu bola yang dilempar keatas, gerakan rudal yang ditembakkan, lintasan roket
yang diluncurkan, lintasan bola yang ditendang. Dari contoh diatas, guru
menyampaikan bahwa dengan memanfaatkan pengetahuan mengenai parabola (fungsi
kuadrat), setiap gerakan dapat diperhitungkan untuk memperoleh hasil yang
akurat.
Guru memberikan contoh soal yaitu gambarkan grafik
fungsi dari persamaan kurva y=x2. Siswa merespon dengan
memperhatikan penjelasan dari guru. Lalu guru menjelaskan jawabannya yaitu cara
yang digunakan untuk menggambarkan grafik fungsi kuadrat adalah: pertama buat
tabel nilai, kedua letakkan koordinat yang diperoleh pada bidang cartesius,
ketiga hubungkan titik-titik tersebut sehingga terbentuk sebuah kurva yang
mulus. Setelah guru selesai menyampaikan materi, siswa diberi latihan soal oleh
guru sebagai tolak ukur dari materi yang sudah disampaikan. Latihan soal yang
diberikan yaitu menggambarkan grafik fungsi kuadrat pada bidang cartesius dan
siswa menjelaskan jawaban yang dikerjakannya. Jika siswa mampu menjawab soal
dengan benar maka akan ada penghargaan yang diberikan oleh guru misalnya nilai
tambahan. Sedangkan siswa yang belum bisa menjawab dengan benar maka harus
memperbaiki dengan memberikan hukuman yaitu latihan tambahan atau PR agar siswa
terbiasa dan dapat memahami materi yang telah disampaikan.
No comments:
Post a Comment