Tuesday, November 7, 2017

TEORI BELAJAR BEHAVIORISME

TEORI BELAJAR


A. TEORI BELAJAR BEHAVIORISME
1.      Teori Bandura
Dalam proses pembelajaran menurut teori sosial Albert Bandura, seorang guru harus dapat menghadirkan model yang baik. Model yang baik harus dapat mempunyai pengaruh yang kuat terhadap pembelajar sehingga dapat memberi perhatian kepada si pembelajar. Model disini tidak harus dari guru, namun tergantung apa yang akan diajarkan. Teori sosial belajar ini cocok untuk mengajarkan materi yang berupa aspek psikomotorik dan afektif,  karena pembelajar langsung dapat memperhatikan, mengingat dan meniru dari model yang dihadirkan.
Namun dalam belajar matematika yang diajarkan adalah berupa konsep sehingga guru harus dapat menghadirkan model yang menarik perhatian dan dapat mudah diingat oleh si pembelajar. Penulis berusaha memberi suatu contoh dalam pembelajarn matematika. Misalnya seorang guru akan mengajarkan bagaimana menemukan volume dari balok. Disini dihadirkan/disediakan balok dan kubus yang berukuran 1 satuan kubik sebagai model. Dengan dipraktekkan oleh guru dan ditirukan oleh siswa guru memperagakan bagaimana menentukan volume balok kemudian menentukan rumus volume balok. Dengan demikian diharapkan siswa dapat memperhatikan model dan menirukan bagaimana menentukan rumus volume balok, dan pembelajar harus mengingatnya. Selanjutnya pembelajar dituntut untuk dapat mampu meniru pemodelan tersebut. Beberapa proses ini akan lebih berhasil jika ada motivasi yang kuat dari pembelajar untuk mempelajarinya.

2.      Teori Pavlov
Saat pembelajaran matematika berlangsung, ketika guru memberikan hadiah kepada siswa (unconditioning stimulus), siswa secara otomatis akan senang/ bersemangat(unconditioning respons) . Ketika guru memberikan tugas matematika kepada siswa, sebagian besar siswa kurang bersemangat.
Akan tetapi, saat itu guru menjanjikan akan member hadiah (Unconditioning Stimulus)kepada siswa yang berhasil mengerjakan matematika dengan baik (Conditioning Stimulus), sehingga siswa bersemangat mengerjakan tugas tersebut  (Unconditioning Respon). Setelah lama mengajar, guru itu tidak lagi memberikan hadiah kepada siswa yang berhasil mengerjakan matematika dengan baik, akan tetapi, siswa tetap bersemangat (Conditioning respons) mengerjakan dengan harapan akan mendapat hadiah. Jika guru tidak lagi memberi hadiah, lama-kelamaan siswa tidak lagi bersemangat mengerjakan matematika.

3.      Teori Skinner
Beberapa aplikasi teori belajar Skinner dalam pembelajaran adalah sebagai berikut:
Ø  Bahan yang dipelajari dianalisis sampai pada unit-unit secara organis.
Ø  Hasil berlajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah dibetulkan dan jika benar diperkuat.
Ø  Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar.
Ø  Materi pelajaran digunakan sistem modul.
Ø  Tes lebih ditekankan untuk kepentingan diagnostic.
Ø  Dalam proses pembelajaran lebih dipentingkan aktivitas sendiri.
Ø  Dalam proses pembelajaran tidak dikenakan hukuman.
Ø  Dalam pendidikan mengutamakan mengubah lingkungan untuk mengindari pelanggaran agar tidak menghukum.
Ø  Tingkah laku yang diinginkan pendidik diberi hadiah.
Ø  Hadiah diberikan kadang-kadang (jika perlu)
Ø  Tingkah laku yang diinginkan, dianalisis kecil-kecil, semakin meningkat mencapai tujuan.
Ø  Dalam pembelajaran sebaiknya digunakan shaping.
Ø  Mementingkan kebutuhan yang akan menimbulkan tingkah laku operan.
Ø  Dalam belajar mengajar menggunakan teaching machine.
Ø  Melaksanakan mastery learning yaitu mempelajari bahan secara tuntas menurut waktunya masing-masing karena tiap anak berbeda-beda iramanya. Sehingga naik atau tamat sekolah dalam waktu yang berbeda-beda. Tugas guru berat, administrasi kompleks.

4.      Teori Thorndike
Aplikasi teori Thorndike sebagai salah satu aliran psikologi tingkah laku dalam pembelajaran tergantung dari beberapa hal seperti: tujuan pembelajaran, sifat materi pembelajaran, karakteristik siswa, media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia. Setiap pembelajaran yang berpegang pada teori belajar behavioristik telah terstruktur rapi, dan mengarah pada bertambahnya pengetahuan pada siswa. Penerapan yang sebaiknya dilakukan dalam pembelajaran adalah sebagai berikut:
a)      Sebelum memulai proses belajar mengajar, pendidik harus memastikan siswanya siap mengikuti pembelajaran tersebut. Jadi setidaknya ada aktivitas yang dapat menarik perhatian siswa untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar.
b)      Pembelajaran yang diberikan sebaiknya berupa pembelajaran yang kontinu, hal ini dimaksudkan agar materi lampau dapat tetap di ingat oleh siswa.
c)      Dalam proses belajar, pendidik hendaknya menyampaikan materi dengan cara yang menyenangkan, contoh dan soal latihan yang diberikan tingkat kesulitannya bertahap, dari yang mudah sampai yang sulit. Hal ini agar siswa mampu menyerap materi yang diberikan.
d)     Pengulangan terhadap penyampaian materi dan latihan, dapat membantu siswa mengingat materi terkait lebih lama.
e)      Supaya peserta didik dapat mengikuti proses pembelajaran, proses harus bertahap dari yang sederhana hingga yang kompleks.
f)       Peserta didik yang telah belajar dengan baik harus segera diberi hadiah, dan yang belum baik harus segera diperbaiki.
g)      Dalam belajar, motivasi tidak begitu penting, karena perilaku peserta didik terutama ditentukan oleh penghargaan eksternal dan bukan oleh intrinsic motivation. Yang lebih penting dari ini ialah adanya respon yang benar terhadap stimulus.
h)      Materi yang diberikan kepada peserta didik harus ada manfaatnya untuk kehidupan anak kelak setelah dari sekolah.
Thorndike berpendapat, bahwa cara mengajar yang baik bukanlah mengharapkan murid tahu bahwa apa yang telah di ajarkan, tetapi guru harus tahu apa yang hendak diajarkan. Dengan ini guru harus tahu materi apa yang harus diberikan, respon apa yang diharapkan dan kapan harus memberi hadiah atau membetulkan respon yang salah.
Tujuan pendidikan harus masih dalam batas kemampuan belajar peserta didik dan harus terbagi dalam unit-unit sedemikian rupa sehingga guru dapat menerapkan menurut bermacam-macam situasi.

Contoh Penerapan Teori Behaviorisme
Topik Pembelajaran         : Fungsi Kuadrat
Kegiatan Pembelajaran    :
Sebelum memberikan pembelajaran guru menyiapkan bahan pelajaran tujuannya agar target pencapaian dalam satu kompetensi dasar dapat dipenuhi. Guru menggunakan metode ceramah, tanya jawab, mengerjakan. Dan dalam kegiatan pembelajaran guru memberikan stimulus-stimulus dan siswa merespon stimulus yang guru berikan. Misalnya, seorang guru menyampaikan materi fungsi kuadrat, guru menjelaskan bahwa fungsi kuadrat jika digambarkan akan sesalu membentuk parabola. Guru memberikan stimulus berupa contoh dari fungsi kuadrat yaitu bola yang dilempar keatas, gerakan rudal yang ditembakkan, lintasan roket yang diluncurkan, lintasan bola yang ditendang. Dari contoh diatas, guru menyampaikan bahwa dengan memanfaatkan pengetahuan mengenai parabola (fungsi kuadrat), setiap gerakan dapat diperhitungkan untuk memperoleh hasil yang akurat.

Guru memberikan contoh soal yaitu gambarkan grafik fungsi dari persamaan kurva y=x2. Siswa merespon dengan memperhatikan penjelasan dari guru. Lalu guru menjelaskan jawabannya yaitu cara yang digunakan untuk menggambarkan grafik fungsi kuadrat adalah: pertama buat tabel nilai, kedua letakkan koordinat yang diperoleh pada bidang cartesius, ketiga hubungkan titik-titik tersebut sehingga terbentuk sebuah kurva yang mulus. Setelah guru selesai menyampaikan materi, siswa diberi latihan soal oleh guru sebagai tolak ukur dari materi yang sudah disampaikan. Latihan soal yang diberikan yaitu menggambarkan grafik fungsi kuadrat pada bidang cartesius dan siswa menjelaskan jawaban yang dikerjakannya. Jika siswa mampu menjawab soal dengan benar maka akan ada penghargaan yang diberikan oleh guru misalnya nilai tambahan. Sedangkan siswa yang belum bisa menjawab dengan benar maka harus memperbaiki dengan memberikan hukuman yaitu latihan tambahan atau PR agar siswa terbiasa dan dapat memahami materi yang telah disampaikan.

No comments:

Post a Comment